Penerimaan Siswa Baru 2011



Selamat Idul Fitri 1433 H. Ladang Amal : Infaq Membangun Masjid kirim ke PANITIA PEMBANGUNAN MESJID MAN 2 Bandung, No. rekening 131 - 00 - 0752993 - 8, BANK MANDIRI KCP Bandung Ujung Berung

Rabu, 16 April 2008

Warisan Termahal

suatu hari, seorang bapak berkumpul dengan ketiga orang anak di golodog rumah. Golodog rumah ini, pada zaman sekarang mah disebutnya teh koridor atau halaman depan rumah tempat peristirahatan.

Seperti biasa, mereka berkumpul ba’da maghrib selepas makan sore dengan tujuan untuk bercengkrama menanti datangnya waktu isya.

Ayah, setiap orang sering berbicara tentang warisan, tetapi sampai saat ini saya mah belum belum ngerti apa yang dimaksud warisan ? ”

Mendengar pertanyaan itu, sang Ayah tersenyum. Sorot matanya yang tajam, secemerlang cahaya bintang di malam hari. Peputih matanya pun kian berbinar, dikala tertatap ketiga anak-anaknya tersebut siget, serius dan seolah-olah berharap banget terhadap luncuran jawaban dari lisannya di sore itu.

Anakku banyak orang yang memandang bahwa warisan itu adalah apa yang diberikan orang tua kepadamu. Ini tidak salah. Itu benar. Tetapi sikap seperti ini, hanyalah sikap orang egois, hawek dan hanya mikir perut dan isi kepalanya semata.

Bagi kita, semestinya warisan itu adalah apa yang dapat kau sampaikan ke generasi berikutnya, sesuai dengan apa yang telah kau terima dari leluhurmu. Dunia ini adalah tempat huni nenek moyang kita, tetapi bukan untuk kita. Dunia ini, lingkungan ini, alam ini adalah warisan buat anak cucu kita.

Itulah sebuah sikap adil, bijak dan berfikir tentang masa depan. Jadi warisan itu bukanlah sesuatu hal yang harus kau terima untuk kemudian kau habiskan saat itu juga.

Sang putri cantik di pinggir kanan ayah, kemudian ngaburileuk matanya, seolah ada sesuatu yang belum dipahami. ”Jadi, apa yang perlu diwariskan itu ? apa yang dimaksud dengan harta warisan ?”

Mendengar serangan pertanyaan tersebut, sang Ayah hanya tersenyum.

Anak-anakku...

Jika harta yang menjadi warisanmu, maka hartamu akan mengalami kehabisan. Habisnya harta adalah maut bagi seseorang yang mendambakan harta warisan.

Jika warisan adalah kehormatan, maka sesungguhnya hanya akan mendapatkan impian dan kenangan. Karena kehormatan yang kau terima itu, mungkin jadi karena kehormatan yang didapat oleh orangtuamu.

Jika kau mendapatkan warisan jabatan dari orang tuamu, maka ingatlah jabatannya itu akan terbatasi oleh umur dan masa kerja. Maka pensiunmu adalah maut terhadap jabatan atau pangkatmu.

Oleh karena itu, janganlah kau minta warisan terhadap apa yang pernah orangtuamu dapatkan. Lebih baik kamu minta warisan terhadap apa yang pernah orangtuamu lakukan untuk mendapatkan berbagai hal yang didapatkannya selama hidup. Itulah warisan hidup yang termahal.

Maksudnya?” kata sang bungsu nimbrung.

He..he...

Bila kau belum mengerti mah, mari lihat ke dapur Mamah. Coba perhatikan dengan sangat teliti. Apa yang akan kau minta dari mamahmu ? barang-barang alat masak ? hasil masakannya, atau yang lainnya ?

Ahhh, Pa., ngapain minta alat masak kalau kita gak bisa masak mah, mubazir dong...!”

Kalau hanya meminta masakannya saja, bisa habis dong setelah di makan bersama...”

Mendengar jawaban tersebut, sang Ayah balik bertanya, ”Jadi apa yang kau inginkan?”

Memiliki kemampuan untuk menguasai cara untuk memanfaatkan sarana hidup dan mendapatkan seluruh apa yang pernah dibikin mamah.” Timpal ketiga orang anaknya dengan penuh semangat.

Mendengar jawaban tersebut, Ayah pun tersenyum. Karena waktu sudah mulai bergeser menuju malam, kemudian Ayah mengajak ketiga orang anaknya untuk bersiap-siap sholat isya di masjid.

Tidak ada komentar: