Penerimaan Siswa Baru 2011



Selamat Idul Fitri 1433 H. Ladang Amal : Infaq Membangun Masjid kirim ke PANITIA PEMBANGUNAN MESJID MAN 2 Bandung, No. rekening 131 - 00 - 0752993 - 8, BANK MANDIRI KCP Bandung Ujung Berung

Rabu, 16 April 2008

TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM ABAD XXI

Enung Nurjanah, M.Ag.

K


ita sering mendengar tentang analisa SWOT yang merupakan strategi untuk mengetahui bagaimana harus mensikapi dan mempersiapkan diri dalam menghadapi era globaliasi ini. Dari metode analisa tersebut, salah satunya yaitu memahami bagaimana menghadapi tantangan.

Arnold Toynbe dengan teori Challenge and respon menyatakan bahwa dengan tantangan kemungkinan seseorang bisa berhasil dan atau mengalami hal sebaliknya yaitu mengalami kegagalan/hancur. Semua itu bergantung pada respon yang diberikan dalam menghadapi tantangan tersebut. Oleh karena itu perlu upaya atau siasat bagaimana mengatasi tantangan pendidikan di abad XXI.

Untuk memahami tantangan masa depan, perlu diketahui dulu karakteristik masyarakat informasi. Dalam berbagai kajian dikemukakan bahwa yang dimaksud masyarakat informasi yaitu suatu kondisi di mana masyarakat memiliki ciri budaya : bersifat rasional, berorientasi masa depan, terbuka, menghargai waktu, kreatif, mandiri, dan inovatif. Dengan kata lain, pada era informasi ini yang sanggup bertahan hanyalah mereka yang berorientasi ke depan, mampu mengubah pengetahuan menjadi kebijakan dan mereka yang memiliki ciri-ciri sebagaimana yang dimiliki masyarakat modern di atas.

Upaya yang diperlukan dalam mengembangkan pendidikan Islam, yaitu pertama, memantapkan visi dan orientasi Pendidikan Islam, yaitu menjadi manusia kreatif dan produktif. Muchtar Buchari berpendapat bahwa yang dimaksud dengan manusia produktif yaitu (1) menerima dirinya secara ikhlas dengan segenap kelebihan dan kekurangannya; (2) manusia produktif adalah manusia yang juga menerima lingkungan secara ikhlas; (3) manusia produktif adalah manusia yang peka terhadap kebutuhan-kebutuhan zamannya; (4) manusia produktif adalah manusia yang merasa mampu bekerja atau berkarya dan merasa mengenal serta menguasai metode-metode kerja yang terdapat dalam berbagai bidang garapannya.

Pendidikan harus menyiapkan sumberdaya manusia yang mampu menerima serta menyesuaiakan dan mengembangkan arus perubahan yang terjadi dalam lingkungnya. jika visi dan orientasi pendidikan tersebut berlaku umum, maka untuk pendidikan Islam visi dan orientasi tersebut harus pula ditambah dengan menempatkan pendidikan Islam sebagai lembaga yang melestarikan nilai-nilai luhur dan memperbaiki penyimpangan yang diakibatkan oleh pengaruh globalisasi.

Kedua, dunia pendidikan seharusnya melihat strategi belajar mengajar sebagai upaya yang bertujuan membantu para lulusan agar dapat melakukan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka ibadah kepada Allah. Konsekuensinya perlu dirumuskan kembali kurikulum yang lebih berorientasi pada konstruks sosial yaitu kurikulum yang dirancang dalam rangka melakukan perubahan sosial. Ketiga, keterpaduan antara ilmu Agama dan Ilmu Umum. Islamisasi ilmu pengetahuan sangat signifikan dalam rangka menjawab persoalan yang selama ini dirasakan di dunia pendidikan, yaitu dualisme antara ilmu umum dan ilmu agama.

Terakhir, penerapan akhlak tasawwuf. Kehidupan modern yang materialistik dan hedonistik dengan segala akibatnya yang saat ini mulai melanda kalangan dunia pendidikan perlu diimbangi dengan penerapan akhlak tasaawuf. Ajaran akhlak tasawuf perlu disuntikan ke seluruh bidang studi yang diajarkan di sekolah. Dengan bantuan akhlak tasawuf, ilmu pengetahuan satu dan yang lainnya tidak akan saling bertabrakan, karena ia berada di dalam satu jalan dan satu tujuan.

-o0o-

Guru Sosiologi Kelas X

Tidak ada komentar: