Penerimaan Siswa Baru 2011



Selamat Idul Fitri 1433 H. Ladang Amal : Infaq Membangun Masjid kirim ke PANITIA PEMBANGUNAN MESJID MAN 2 Bandung, No. rekening 131 - 00 - 0752993 - 8, BANK MANDIRI KCP Bandung Ujung Berung

Rabu, 09 April 2008

Belajar Matematika dengan Kartu Kendali

Oleh WAWAN KUSMAWAN, S.Pd. -
Guru Matematika MAN 2 Kota Bandung
Wednesday, 10 October 2007

Matematika merupakan pelajaran yang kurang disenangi siswa di banyak sekolah. Siswa akan miris duluan jika menghadapi pelajaran ini. Matematika dianggap pelajaran yang menakutkan. Apalagi jika gurunya tidak mendukung mereka untuk belajar. Yang bisa mereka lakukan hanya menyelesaikan soal dengan mengikuti contoh yang ada.
Ketika berada di dalam kelas, pemahaman mereka blank (kosong), tidak mengerti apa yang diterangkan guru dan tidak tahu apa yang mesti ditanyakan. Padahal, siswa dituntut harus menguasai mata pelajaran ini. Bukan saja karena dijadikan standar kelulusan UN, tetapi matematika penting baik sebagai ilmu, sebagai pembimbing pola berpikir, pembentuk sikap, maupun sebagai alat bantu yang menunjang kepada pelajaran lain. Namun, melihat kondisi yang ada, guru harus segera mencari jalan keluarnya.
Masalah yang dihadapi dalam pengajaran matematika secara global, mencakup pelajaran yang sulit dipahami siswa dan saat guru mengajarkan, banyak menemukan kesukaran, terutama dalam penyampaian. Sebagai penanganannya, guru selayaknya mempersiapkan pengajaran secara terencana. Sebab, selama ini guru sering mengajarkan matematika itu langsung tanpa melihat kesiapan siswa untuk menerima pelajaran. Akibatnya, siswa mengetahui matematika bukan melalui pengertian, tetapi melalui hafalan. Meskipun begitu, tugas guru yang harus dikedepankan ialah membuat siswa yang tidak mau belajar menjadi mau, yang tidak senang belajar menjadi senang.
Matematika merupakan pelajaran berkesinambungan yang masing-masing topiknya saling berkaitan. Di dalam buku teks telah diurutkan topik-topik matematika berdasarkan hierarkinya. Topik yang dibahas sekarang memerlukan topik lain sebelumnya sebagai prasyarat. Sedangkan prasyarat itu merupakan bahasan matematika sebelumnya yang menunjang pokok bahasan sekarang dan mutlak harus dipahami siswa.
Di sekolah-sekolah umum, model pengajaran biasanya diadakan secara klasikal. Pada pengajaran ini, guru mengajar siswa secara berkelompok. Dengan model seperti ini guru tidak mungkin dapat memerhatikan kepentingan seluruh siswa seperti kemampuan belajarnya, kecepatan belajarnya, kesenangannya, dsb. Paling hanya sebagian kecil siswa yang terpantau, biasanya siswa yang pandai atau siswa yang belajarnya lambat. Sedangkan sisanya siswa yang sebagian besar lagi secara individu kepentingannya terabaikan.
Guru yang memegang kendali di dalam kelas, harus senantiasa kreatif memunculkan inovasi-inovasi baru untuk menanggulangi berbagai permasalahan dalam pengajaran matematika. Guru yang profesional pasti memiliki kemampuan tersebut.
Pada pengajaran klasikal yang banyak dipakai di sekolah umum, seluruh siswa yang mengalami kesulitan belajar matematika akan susah terlayani. Sedangkan pengajaran secara individu juga tidak mungkin dilaksanakan, karena keterbatasan waktu dan tenaga. Oleh karena itu, guru mengambil jalan tengah antara keduanya. Artinya, untuk siswa yang paling membutuhkan penanganan bisa memilih model pengajaran individual. Sisanya menggunakan pengajaran klasikal. Kategori siswa dimaksud diperoleh dari hasil evaluasi guru yang baik dan akurat.
Yang diperlukan adalah semacam kartu kendali atau kartu pasien yang lazim digunakan dokter dalam mencatat segala permasalahan kesehatan pasien. Kartu kendali diberdayakan guru dalam menanggulangi penyakit siswa, yaitu kesulitan belajar.
Jika kesulitan belajar pada siswa dianggap penyakit, maka perlu disembuhkan karena mengganggu kelancaran memahami matematika. Kesulitan-kesulitan itulah yang menjadi data guru yang dicatat pada kartu kendali. Secara rinci penyakit kesulitan belajar terdeteksi melalui tes ulangan berupa soal yang berbentuk esai. Alasannya, penyelesaian soal bentuk ini terdapat langkah-langkah pekerjaan siswa. Langkah demi langkah pekerjaan yang membuat kesulitan siswa itu dicatat dalam kartu kendali.
Kesulitan dalam penyelesaian soal-soal tadi, bisa saja topik yang sedang dibahas atau topik sebelumnya di tingkat yang berbeda. Misalnya, pada bahasan luas daerah integral di kelas XII, siswa kesulitan dalam membuat sketsa gambar parabola, padahal sketsa gambar diberikan di kelas X, sehingga dalam topik luas daerah integral pada kartu kendali dicatat sketsa gambar dimaksud. Kemudian, bagaimana penanggulangan yang diberikan kepada siswa tersebut. Jika telah selesai, artinya siswa telah paham dalam membuat sketsa gambar yang diberi tanda tertentu sampai akhirnya siswa tersebut menguasai seluruh bahasan luas daerah integral. Begitu pun pada pokok bahasan lainnya.
Jadi, setiap siswa memperoleh minimal satu lembar kartu kendali yang format isiannya disesuaikan kebutuhan. Kartu ini akan diisi segala jenis data kesulitan belajar matematika. Kemudian data tersebut yang akan menjadi bahan penanganan guru. Bagi siswa yang banyak kesulitan dalam memahami matematika, lembar kartu kendali akan terisi penuh.Sumber:

sumber : Pikiran Rakyat http://www.duniaguru.com/index.php?option=com_content&task=view&id=534&Itemid=28

Tidak ada komentar: